OYPMK Bisa Produktif Asal Diberi Kesempatan

"Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia", adalah bunyi dari Pancasila sila ke 5, tapi apakah bunyi Pancasila sila ke 5 ini sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari? Saya menulis ini setelah mendengar pernyataan dari Pak Mahdis Mustafa selaku OYPMK atau Orang Yang Pernah Menderita Kusta, yang terkadang mendapatkan perlakuan diskriminasi karena status beliau sebagai OYPMK.

Tidak bisa dipungkiri kalau para penderita penyakit kusta memang masih sering dikucilkan di masyarakat, padahal mereka adalah manusia yang sama seperti kita orang normal dan sehat lainnya. Mereka butuh makan, pekerjaan, dan kehidupan yang layak sama seperti kita. Mereka butuh akses ke fasilitas kesehatan untuk pengobatan penyakitnya dan mereka juga butuh pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan juga berobat. Perlakuan diskriminasi masyarakat terhadap OYPMK ini jelas akan mempersulit kehidupan mereka. 

Padahal OYPMK bisa hidup mandiri dan menghidupi dirinya sendiri, tidak ketergantungan orang lain, kalau mereka diberi kesempatan bekerja dan produktif. Mereka harus diberi kesempatan dan kepercayaan agar bisa bekerja layaknya orang normal lainnya. Seperti Pak Mahdis Mustafa OYPMK yang sekarang sudah menjabat sebagai supervisor di perusahaan tempatnya bekerja.

Jadi pada hari Rabu, 27 Juli 2022 beberapa hari yang lalu, saya mengikuti Talkshow yang diadakan ruang publik KBR, yang mengangkat tema "Peran Pemerintah Dalam Upaya Peningkatan Taraf Hidup OYPMK". Menghadirkan narasumber Pak Agus Suprapto, DRG.M.Kes selaku Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK RI, dan juga Pak Mahdis Mustafa seorang OYPMK Berdaya yang saat ini berprofesi sebagai supervisor cleaning service di PT. Axaretha Hana Megatrading.

Saat talkshow itu Pak Mahdis berbagi cerita mengenai motivasinya atau awal mula ingin bekerja, yaitu salah satunya karena memenuhi kebutuhan ekonomi, untuk keperluan berobat, dan rasa tidak ingin membebani orang tuanya lagi, yah intinya ingin mandiri dan tidak ketergantungan dengan orang tua. Oleh karena itu beliau bertanya ke managemen rumah sakit tempat beliau dirawat, agar diberi kesempatan bekerja, awalnya memang hanya membersihkan tempat ranapnya sendiri, walau awalnya tidak dibayar. Hingga akhirnya beliau resmi bekerja sebagai cleaning service dan akhirnya saat ini menjabat sebagai supervisor cleaning service. 

Kesulitan OYPMK mendapat akses pekerjaan adalah dikarenakan adanya stigma yang kuat di masyarakat tentang penderita kusta. Stigma negatif ini yang membuat para OYPMK  dan penyandang disabilitas lainnya mengalami berbagai tantangan dan kesulitan saat mereka ingin kembali ke masyarakat. Terlihat dari data pada tahun 2019 kalau TPAK (tingkat partisipasi angkatan kerja) kaum disabilitas hanya sebesar 45,9% atau hanya ada 5 dari 10 penyandang disabilitas usia kerja yang bisa masuk  dalam angkatan kerja. Melihat rendahnya TPAK terlihat kalau penyandang disabilitas dan OYPMK memang sulit mendapat kesempatan kerja di masyarakat. Karena sebagian besar masyarakat menganggap mereka kelompok yang tidak produktif.

Pak Mahdis  mengatakan kalau selama ini OYPMK dianggap tidak punya pendidikan yang mumpuni, tidak punya keterampilan, dan juga memiliki keterbatasan fisik. Tapi dibalik semua keterbatasan itu kalau OYPMK diberi ruang, waktu dan kesempatan InsyaAllah bisa. Salah satu penyebab OYPMK banyak yang tidak punya pendidikan karena lamanya berobat rutin yang membuat  OYPMK kehilangan waktu untuk menempuh pendidikan karena fokus di pengobatan dan pengobatan rutin ini memang waktunya agak lama. Dan juga keterbatasan biaya karena kebanyakan penderita kusta berasal dari masyarakat kelas menengah ke bawah.

Siapapun tidak ada yang mau sakit apalagi menderita kusta, apalagi karena kusta dikucilkan di masyarakat. Tapi bila sudah begitu, manusia hanya bisa menjalankan dan melewati semuanya dengan ikhlas. Awal Pak Mahdis mengetahui menderita kusta, beliau sampai kehilangan semangat. Sampai beliau didatangi kader NRL (Netherland Leprosy Relief) yaitu organisasi LSM yang mendorong pemberantasan kusta dan inklusi bagi orang dengan disabilitas termasuk kusta. Lalu bergabung dengan organisasi NRL. Setelah bergabung dengan organisasi NRL mulai percaya diri dan bersemangat kembali menjalani kehidupan sampai akhirnya beliau ingin bekerja dan mandiri.

Pak Mahdis bergabung dengan PT. Azaretha Hana Megatrading dengan sistem kontrak sebagai cleaning service, sampai sekarang menjadi supervisor cleaning service yang membawahi 2 tim, dengan tim yang rata-rata juga OYPMK. Pak Mahdis berpesan agar OYPMK selalu menjaga kesehatan dan kualitas hidup, untuk masa depan OYPMK sendiri. Beliau juga berpesan dengan teman-teman OYPMK agar selalu mau belajar, menambah keterampilan dan bekerja dengan maksimal, untuk membuktikan kemampuan bekerja OYPMK sama walau memiliki keterbatasan fisik.

Kisah sukses Pak Mahdis ini juga diharapkan dialami oleh OYPMK lain diluar sana, yang sampai saat ini masih banyak yang berjuang. Lalu apa pemerintah kita berperan mendukung para OYPMK dalam rangka usahanya meningkatkan taraf hidup selayaknya masyarakat normal lainnya? 

Pak Agus Suprapto DRG, M.Kes menyampaikan dalam talkshow saat itu kalau Kemenko PMK RI sampai saat ini terus menjalankan program terkait pemberdayaan dan kesehatan bagi penderita kusta. Pemerintah sampai saat ini terus melakukan sosialisasi demi menghapus stigma buruk OYPMK di masyarakat, juga mengupayakan untuk meningkatkan kualitas hidup para OYPMK. Penderita juga didorong agar rutin berobat (pengobatan ini gratis) agar penderita kusta dapat sembuh dan kembali ke masyarakat. 

Banyak upaya yang dilakukan pemerintah, seperti penderita kusta di Papua yang saat ini mengalami keluhan alergi karena obat yang dikonsumsi. Pemerintah juga telah melakukan penelitian terkait alergi yang dialami ini. Kemenko juga melakukan sosialisasi agar masyarakat menerapkan pola hidup sehat, karena kunci dari penyakit ini adalah dengan menjaga kebersihan. Jadi sebagai masyarakat kita bisa mendukung dengan tidak mendiskriminasi para penderita kusta, agar mereka tidak mendapat stigma negatif, agar mereka dapat hidup dengan layak sama dengan kita. 

Dan Pak Mahdis juga memberikan pesan untuk para OYPMK yang lain yaitu: 

  • Jangan memikirkan kata orang lain: orang lain mungkin tidak secara langsung mengatakan /anti pada OYPMK karena mereka takut tertular. Buat diri sendiri happy, jangan pedulikan mereka ngomong apa, ini demi kesehatanmu juga.
  • Terus gali potensi diri, menjadi OYPMK membuat kita seringkali minder, merasa nantinya tidak berguna. Mahdis berkata itu salah besar, setiap kita tentunya punya kesempatan yang sama dalam bidang pekerjaan asal mau saja. Tidak harus bekerja di kantor, bekerjalah sesuai dengan kemampuanmu. Mungkin saja sebagai kurir, driver, penjahit dan masih banyak pilihan pekerjaan lain
  • Terbuka, penting banget saat melamar kerja terbuka pada HRD jika Anda adalah OYPMK, fakta ini jangan ditutupi. Lebih baik ditolak diawal, daripada sakit belakangan dan dikeluarkan karena akhirnya ketahuan. 
Intinya terus semangat untuk sembuh dan terus jaga kesehatan, karena asal diberi kesempatan, OYPMK juga bisa hidup dengan layak seperti masyarakat normal lainnya, dan juga dapat memperbaiki taraf hidupnya.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cha-Ching Kid$ At Home Belajar Konsep Keuangan dari Rumah Dengan Menyenangkan

Wisata Rasa Untuk Cegah GTM Di Masa MPASI

Tips Meredakan Gejala Perut Kembung dengan Motherlove Calming Cream