Program Kampung Lali Gadget, Hindari Anak Kecanduan Gadget


Aku dan pak suami memang memutuskan memberi masing-masing anak handphone dengan berbagai pertimbangan, anak-anak membutuhkan untuk proses belajar, juga supaya mereka tidak berebutan, keputusan ini diambil sekitar tiga tahun lalu. Awalnya saat masa pandemi karena proses belajar melalui online, sampai mengaji juga online yang membutuhkan handphone, sampai akhirnya aku memutuskan membelikan handphone untuk anakku yang kelas 4 dan 1. Karena akupun terganggu kalau harus pakai handphone bergantian dengan anak-anak.

Sebelum kami berdua membelikan handphone, aku dan pak suami membuat surat perjanjian yang harus disetujui dulu oleh anak-anak. Salah satu isi dari perjanjian itu adalah; handphone hanya dipakai untuk belajar di hari sekolah. Sedangkan untuk bermain game boleh dipakai mulai dari hari Jumat sore. Dan untuk mengisi kuota internet, apabila mereka sedang berada diluar rumah, mereka harus membeli sendiri dengan cara menyisihkan dari uang saku.

Alhamdulilah sampai saat ini pemakaian handphone masih dalam batas aman, sesuai dengan tujuan awal pembelian handphone, yaitu untuk proses belajar sehari-hari. Anakku yang sekarang sekolah SMP, juga sering mendapat tugas dari guru yang membutuhkan handphone untuk mengerjakannya. Untuk soal-soal latihan dan ulangan juga sering pakai link g-form. Untuk buku paket belajar juga tidak perlu buku fisiknya, karena file materi belajar bisa diunduh dari handphone. Bahkan untuk ulangan tengah semester pekan depan, juga membutuhkan handphone untuk mengisi jawaban karena soal dikirim melalui link. Sebenarnya bisa memakai handphone, tablet atau laptop, tapi biar lebih ringkas dan yang memang sudah punya sendiri itu handphone, jadi aku memilih pakai handphone.

Selain berfungsi untuk proses belajar, gadget juga dipakai untuk bermain game atau menonton tayangan di YouTube. Kalau untuk bermain sosial media, aku tidak mengizinkan anak-anak memiliki akun sosial media sampai minimal usianya 14 tahun. Dan disini peran orang tua sangat penting sekali dalam mengawasi dan mendampingi anak saat menggunakan handphone. Orang tua harus tahu dan membatasi tontonan dan game yang boleh dan tidak boleh dilihat dan dimainkan anak-anak. Harus sesuai usia, dan memang ini bukan tugas yg mudah. Karena ada pengaruh dari luar seperti pengaruh dari teman-teman. Kalau aku mengatur tayangan YouTube kids, dan menyetel akun anak-anak. Jadi anak-anak tidak bisa mendownload game yang tidak sesuai usianya.

Walau ada dampak positif dari penggunaan gadget pada anak-anak, tapi tidak aku pungkiri kalau banyak juga dampak negatif dari penggunaan gadget pada anak-anak. Dan sebagai orang tua aku juga khawatir kalau anak-anak sampai kecanduan gadget. Karena dampak dari kecanduan gadget banyak sekali, seperti:

  • Gangguan penglihatan, seperti mata minus.
  • Mengganggu pola tidur, terlalu lama bermain handphone dapat menyebabkan anak lupa waktu.
  • Postur tubuh menjadi bungkuk.
  • Mengganggu belajar anak, keasyikan main handphone membuat anak malas belajar.
  • Obesitas, karena hanya bermain handphone anak-anak jadi malas beraktifitas fisik.
  • Kurang bersosialisasi dengan teman-teman dan keluarga.
  • Gangguan perilaku
  • Keterlambatan bicara
Selain itu anak-anak yang kecanduan gadget juga rentan mengalami gangguan mental, seperti kecemasan, kesepian, merasa bersalah, depresi, perubahan suasana hati yang cepat. Paparan gadget juga dapat meningkatkan resiko ADHD dan autisme pada anak. Dan apabila penggunaan handphone tidak dalam pengawasan orang tua, anak-anak juga rentan terpapar pornografi. Karena selain iklan pinjol yang suka muncul, banyak juga iklan novel online untuk 17+. 



Untuk menghindari anak-anak dari kecanduan gadget aku menambah kesibukan anak-anak dengan berbagai kegiatan diluar sekolah, selain les matematika dan Bahasa Inggris aku juga mengikutkan anak-anak berbagai les yang melibatkan aktivitas fisik, seperti les berenang, eskul taekwondo, futsal, supaya anak-anak semakin sebentar kesempatan untuk bermain game/ handphone. 

Kekhawatiran terhadap bahaya kecanduan gadget pada anak-anak ini selain dialami banyak orang tua juga dialami Achmad Irfandi, pemenang apresiasi SATU Indonesia Awards tahun 2021 asal Sidoarjo, Jawa Timur, yang menggerakkan program Kampung Lali Gadget (KLG). 

Konservasi Budaya " Kampung Lali Gadget" 

Sumber foto Instagram Kampung Lali Gadget

Achmad Irfandi, pemuda asli Desa Pagemgumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo adalah penggerak program Kampung Lali Gadget. Kampung Lali Gadget ada sejak 1 April 2018, dan hadir karena Achmad Irfandi khawatir dengan bahaya kecanduan gadget yang dialami anak-anak. Sebenarnya anak-anak di kampungnya tidak ada yang mengalami kecanduan gadget, tapi ia ingin mengantisipasi agar anak-anak di lingkungan tempat tinggalnya terhindar dari kecanduan gadget. 

Program Kampung Lali Gadget fokus mengadakan program konservasi budaya untuk mengangkat permainan tradisional yang ternyata cukup efektif  untuk mengalihkan perhatian anak-anak dari gadget. 

Kampung Lali Gadget merekrut pemuda di Desa Pagemgumbuk dan pemuda di Sidoarjo, pemberdayaan pemuda dan masyarakat dilakukan dari dalam dan luar desa. Mereka diberdayakan sebagai perencana, fasilitator edukasi dan pendamping.

Aktivitas program ini diantaranya mengajarkan edukasi budaya, kearifan lokal, olahraga, edukasi satwa dan berbagai permainan tradisional. Disamping menghindari kecanduan gadget, program ini juga bertujuan untuk membantu dan mengedukasi anak-anak tentang budaya dan kearifan lokal. Karena banyak seki anak-anak zaman sekarang yang tidak mengetahui budaya daerah.

Sumber foto Instagram Kampung Lali Gadget


Irfandi berharap program di Kampung Lali Gadget dapat berkembang dan Kampung Lali Gadget dapat menjadi desa wisata, yaitu desa tujuan bagi orang tua yang ingin mengajak anak berwisata edukasi dan menyembuhkan kecanduan gadget pada anaknya. Irfandi melalui Kampung Lali Gadget berharap isu kecanduan gadget bisa diangkat secara nasional dan menjadi keprihatinan bersama, sehingga bahaya kecanduan gadget dapat dikurangi dan dihindari.

Karena kenyataannya lebih banyak anak-anak yang tidak diawasi, didampingi dan dibatasi saat menggunakan gadget. Sehingga lebih banyak yang kecanduan gadget, dan anak-anak mendapat bahaya dari kecanduan gadget tersebut. Semoga tujuan dari program Kampung Lali Gadget, untuk menghindari anak-anak kecanduan gadget dapat tercapai. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cha-Ching Kid$ At Home Belajar Konsep Keuangan dari Rumah Dengan Menyenangkan

Wisata Rasa Untuk Cegah GTM Di Masa MPASI

Tips Meredakan Gejala Perut Kembung dengan Motherlove Calming Cream